Produksi Singkong Nasional
Saat ini harga singkong (ubi kayu) menarik dan menguntungkan karena
memang banyak produk turunannya. Sekarang banyak tanaman singkong yang
semakin luas arealnya yaitu sekitar lebih dari 1,06 juta hektar. Meski
produktivitas singkong masih sekitar 20 ton per hektar, tahun kemarin
(2013) sebesar 22,14 ton per hektar.
Namun sebenarnya, potensi genetik
singkong di Indonesia itu termasuk tinggi, rata-rata di atas 30-40 ton
per hektar. Bahkan produktivitas singkong gajah di Kalimantan Timur
bisa mencapai 120-140 ton per hektar. Tantangan lainnya adalah siklus
tanam singkong yang panjang mencapai 10 (sepuluh) bulan yang terkadang
ada petani yang enggan mengembangkan pertanaman singkong.
Dan ini
menjadi tugas kita untuk mengatasinya mulai dari ketersediaan lahan,
varietas unggul, teknologi budidaya, bantuan permodalan hingga
kemitraan.
Saat ini, Indonesia termasuk dari 3 (tiga) negara penghasil
singkong terbesar di dunia. Dan Indonesia memiliki peluang besar untuk
menjadi negara penghasil singkong terbesar di dunia karena diversifikasi
budidaya singkong kita terus berkembang pesat. Untuk produksi ubi kayu
tahun 2008 produksi 21.756.991 ton, dan tahun 2011 meningkat mencapai
24.044.025 ton. Lalu pada tahun 2013 meningkat lagi menjadi 23.936.921
ton. Jika dirata-rata dari tahun 2009, produktivitas naik sekitar 4,64
persen dan produksi naik sekitar 2,04 persen. Dan tahun ini diperkirakan
sekitar 26 juta ton.
Kita juga patut berbangga hati karena ekspor singkong yang
semakin lama, permintaannya semakin tinggi, bahkan diperkirakan tahun
ini akan meningkat hingga 2 (dua) kali lipat dari tahun sebelumnya.
Tujuan ekspor ubi kayu ke China, Korea dan pasaran Eropa.
Total ekspor
singkong tahun 2002 sampai 2011 mencapai 2.554.194 ton senilai 349.309
dolar AS, kalau impor tahun 2002 sampai 2011 mencapai 1.480 080 ton
senilai 402.418 dolar AS. Volume ekspor dalam bentuk gaplek, tapioka,
chip dan bentuk lainnya tahun 2008 mencapai 108.590 ton dengan nilai US$
27.251.
Sementara impor tahun 2008 mencapai 64.443 ton dengan nilai US$
11.754. Pada tahun 2011 volume ekspor 125.260 ton senilai US$ 57.865
sementara volume impor tahun 2011 mencapai 98.023 ton senilai US$
53.496.
Kementerian Pertanian melalui Badan Litbang Pertanian telah
menghasilkan teknologi produksi singkong yang mencakup penyiapan lahan
dan bibit; pola, waktu dan cara tanam; pengendalian erosi; populasi
tanaman dan jarak tanam; pengendalian gulma; pemupukan; pengendalian
hama dan penyakit; dan panen. Termasuk menyediakan varietas unggul
adalah yang mempunyai karakteristik :
a) berkadar pati tinggi,
b)
potensi hasil tinggi,
c) tahan tekanan cekaman biotik dan abiotik, serta
d) fleksibel dalam usahatani dan umur panen.
Dari sekitar enam belas varietas unggul ubi kayu yang telah
dilepas Kementerian Pertanian, ada empat varietas yang memiliki karakter
sesuai dengan kriteria tersebut yaitu : varietas Adira-4, Malang-6,
UJ-3 (Thailand), dan UJ-5 (Cassesart). Termasuk varietas lokal Barokah.
Adira-4 memiliki kandungan pati 25-30%, tahan penyakit layu, potensi
hasil 25-40 ton/ha dan umurnya 8 bulan.
Sedangkan varietas Malang-6
memiliki kandungan pati 25-32%, potensi hasil 35-38 ton/ha dan agak
tahan hama kutu merah serta mempunyai umur 9-10 bulan. Varietas UJ-3
memiliki kandungan pati 25-30%, potensi hasil 35-40 ton/ha, tahan
penyakit bakteri dan umur mencapai 8-10 bulan. Varietas UJ-5 memiliki
kadar pati 30-36%, potensi hasil 45-60 ton/ha, tahan penyakit bakteri
dan mempunyai umur 9-10 bulan. Adapun klon lokal Barokah memiliki kadar
pati 25-30%, potensi hasil 35-40 ton/ha dan mempunyai umur 9-10 bulan.
Saya menghimbau kepada para petani singkong untuk memilih
varietas singkong unggul dengan potensi hasil yang tinggi sesuai dengan
daerah dan tujuan produksinya nanti. Untuk konsumsi langsung bisa
memilih varietas yang rasanya enak (manis) seperti Adira 1 atau Malang
1, jika menanam untuk diolah lebih lanjut untuk tepung atau pati Anda
bisa memilih varietas Adira 4, Malang 4, Malang 6, UJ 3 dan UJ 5.
Mudah-mudahan ke depan, semoga saja diversifikasi produk
singkong kita mampu memenuhi kebutuhan industri yang memiliki permintaan
akan jenis singkong tertentu.
Pembaca, pemerintah akan terus mendorong produktivitas
singkong sepanjang 2015-2019 mendatang. Dari posisi saat ini hanya
sekitar 18-20 ton per hektar, menjadi sekitar 30-40 ton per hektar.
Mulai dari kemudahan berusaha dan membuka lahan baru. Selain itu,
pemerintah akan memperbaiki efisiensi rantai nilai perdagangan singkong.
Caranya, dengan membangun sistem dan persaingan yang sehat. Kami juga
akan memantau harga produk-produk ubi kayu di pasar. Impor hanya akan
dilakukan jika dalam negeri membutuhkan sementara pasokannya kurang.
Hal ini tentu saja bersesuaian dengan rencana strategis
Kementerian Pertanian 2015-2019, yang menetapkan singkong sebagai satu
komoditas unggulan yang produksinya akan ditingkatkan secara nasional.
Program akselerasi pertumbuhan kebun singkong ini sebanyak 9.300 hektar
di tahun 2015 mendatang.
Dengan begini, tentu saja saya berharap
Indonesia tak perlu mengimpor singkong untuk memenuhi kebutuhan terutama
untuk industri dalam negeri.
Insya Allah, singkong yang sudah dikenal luas oleh
masyarakat Indonesia akan semakin berjaya dan berpotensi menjadikan
Indonesia sebagai produsen singkong terbesar di dunia. Pada saat yang
sama, kita berharap, petaninya juga akan jauh lebih sejahtera. (Sumber :L tabloidsinartani.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar