Minggu, 18 Januari 2015

Tanah Longsor Bencana Paling Mematikan Tahun 2014


Lokasi bencana longsor yang menimpa puluhan rumah di Dusun Jemblung Desa Sampang Kecamatan Karangkobar, Sabtu (13 Desember 2014).



Tanah longsor membunuh ratusan jiwa. Sepanjang tahun 2014, sejumlah 338 orang meninggal akibat tanah longsor.

"Tanah longsor menjadi bencana paling mematikan tahun 2014," kata Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Tahun 2014, ada 385 kejadian tanah longsor. Selain ratusan korban meninggal, ratusan rumah juga rusak dan belasan 13.262 orang harus mengungsi.

Sutopo menyatakan, tren bencana tanah longsor terus meningkat sejak tahun 2005 hingga 2014. Jumlah korban meninggal dan kerugian akibat bencana itu juga tinggi.

Tahun 2005, ada 50 kejadian tanah longsor dengan jumlah korban meninggal 212 orang. Sementara, sejumlah 3.530 orang mengungsi.

Kejadian longsor terbanyak dalam satu dekade terakhir adalah tahun 2010. Ada 400 kejadian longsor dengan 266 korban meninggal dan 4.239 korban yang harus mengungsi.


BNPB Jumlah kejadian longsor dan korban meninggal selama 2005 - 2014.
Salah satu longsor yang memakan korban banyak adalah yang terjadi di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah, pada Jumat (12 Desember 2014) lalu. Hingga Senin  hari ini, pukul 13.00 WIB, dikonfirmasi sejumlah 51 orang tewas.

Kejadian longsor besar lain adalah di Dusun Gunungraja, Desa Sijeruk, Banjarmangu, Banjarnegara, Jawa Tengah pada 4 Januari 2006. Sejumlah 76 orang tewas.

Di Karanganyar, Jawa Tengah, tanah longsor pernah terjadi pada 26 Desember 2007. Sebanyak 62 orang tewas dan kerugiannya mencapai 137 miliar.

Longsor besar juga pernah terjadi di Ciwideuy pada 22 Februari 2010, menewaskan 33 korban jiwa. Di Cililin, Bandung, longsor terjadi 25 Maret 2013 dengan 14 orang tewas.



BNPB Tren kejadian longsor menurut bulan kejadiannya. Data menunjukkan, longsor banyak terjadi pada puncak musim hujan.

 

Sutopo mengatakan, "kejadian longsor banyak terjadi pada bulan Januari dan Februari, terus mengikuti puncak musim hujan."

Menurut Sutopo, wilayah rawan longsor tersebar dari Sabang sampai Merauke. Wilayah itu antara lain sepanjang bukit barisan Sumatera, selatan Jawa, dan sulawesi bagian tengah.

Jumlah warga Indonesia yang terpapar langsung bahaya longsor sejumlah 40,9 juta jiwa, seperenam penduduk Tanah Air.

Di antara sejumlah warga itu, terdapat 4,28 juta jiwa balita, 323.000 jiwa orang berkebutuhan khusus dan 3,2 juta jiwa lansia yang lebih rentan bencana.

Survei BNPB menunjukkan, kapasitas untuk menyelamatkan diri dari bencana longsor masih rendah, terutama di wilayah-wilayah yang terpencil.

"Seperti di Cililin, wilayahnya sangat sulit dijangkau. Waktu kita kesana, tidak bisa pakai kendaraan roda empat," kata Sutopo dalam konferensi pers Senin (15 Desember 2014).


BNPB Sebaran wilayah rawan longsor di Indonesia.

 


Pakar longsor dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Edi Prasetyo Utomo, mengungkapkan, masalah longsor terkait persoalan lingkungan.

Di Banjarnegara dan banyak wilayah Indonesia, area rawan longsor dipakai sebagai sebagai hunian dan lahan pertanian serta minim terasering.

Untuk melepaskan dari bahaya longsor, Edi mengungkapkan, "perlu ada langkah menghutankan kembali. Jangan bertanam tanaman perdu di wilayah rawan longsor."

Selain itu, perlu dibangun sistem peringatan dini longsor di wilayah yang memang berpotensi tinggi.

Menurut BNPB, wilayah berpotensi tinggi longsor tersebar di Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, dan Banten.

Edi mengungkapkan, "masyarakat sebaiknya minggir dulu dari lokasi bahaya. Hujan masih terus berlangsung sampai Februari. Kita belum tahu karakteristik hujannya."

Sutopo menuturkan, pengembangan sistem peringatan dini harus disertai dengan pendekatan budaya kepada masyarakat. Jika tidak, hasilnya tak memuaskan.

"Masyarakat malah merasa khawatir. Peringatan dini malah dianggap membuat deg-degan saja," jelas Sutopo.

Pemerintah juga mesti serius berinvestasi pada penanganan bencana. Dana kebencanaan saat ini masih minim, hanya 0,02 - 0,03 persen dari APBN. Seharusnya, minimal 1 persem./

"Mitigasi bencana harus dianggap sebagai investasi. Di luar negeri, ada survei bahwa berinvestasi 1 dollar AS bisa menyelamatkan kerugian dari bencana sebesar 7-40 dollar AS," ungkap Sutopo. (Sumber : Kompas.com)

Minggu, 11 Januari 2015

Jika Tak Bersahabat Dengan Alam


Keramahan dan keindahan alam raya ini akan bersahabat apabila tangan-tangan kita tidak pernah untuk merusaknya, dan segala bencana alam, tanah longsor, banjir bandang dan lain sebagainya semoga tidak akan pernah terjadi di sekitar kehidupan kita diantara alam raya ini.


Tidak dapat dipungkiri bahwa untuk menyambung hidup, manusia melakukan segala cara dalam memenuhi kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Dengan bekerja manusia bisa bertahan hidup dan memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Bermacam cara dan upaya yang dilakukan, bahkan sampai tidak lagi membedakan antara pekerjaan yang halal dan haram. Keragaman pekerjaan yang digeluti manusia bermacam-macam, sebut saja seperti petani, nelayan, pengusaha, sampai pegawai negeri. 

Semakin meningkat pertumbuhan penduduk, maka semakin sempit pula lapangan pekerjaan yang ada. Dengan demikian akan timbul upaya-upaya untuk membuka lahan baru. Namun sadar atau tidak, keberadaan manusia di planet bumi ini mengganggu kehidupan makhluk lainnya tanpa kecuali alam itu sendiri. Sebab perluasan lahan garapan baru terkadang tidak memperhatikan dan tidak mengimbangi dengan dampak buruk yang bisa saja terjadi. 

Itu karena manusia memiliki watak yang tidak pernah merasa puas dengan satu titik pencapaian saja yang disebut dengan serakah. Berikutnya karena tidak menggubris dari akibat yang akan terjadi dari ekspolitasi sumber daya alam yang berlebihan yang dilakukan. Terlepas dari tuntutan hidup, kesadaran dan pengetahuan manusia dalam menjaga dan memelihara lingkungan dan alam sangat rendah tanpa terkecuali Indonesia sebagai satu negara berkembang.

Alam merupakan warisan untuk anak cucu, jika pemanfaatan sumber daya alam tidak diimbangi dengan pendekatan rasa saling memiliki maka bukan tidak mungkin generasi manusia berikutnya akan terancam punah akibat dari tindakan manusia saat ini. Pemanfaatan kebutuhan manusia dari hasil pengambilan sumber daya alam merupakan definisi dari eksploitasi.  



 Longsor di Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah harusnya makin menyadarkan masyarakat untuk lebih menaruh perhatian lebih serius dari ancaman longsor. Data sementara kejadian bencana di Indonesia tahun 2014 ada 248 jiwa orang tewas akibat longsor. Jumlah ini hampir dua per tiga dari korban tewas akibat bencana di Indonesia selama 2014 lalu.


Alam menjawab

Eksploitasi bermacam jenis seperti penambangan industri, penggundulan hutan untuk membuka lahan baru, penebangan pohon untuk industri kayu, dll. Maka ancaman yang ditimbulkan adalah bencana banjir dan longsor. Karena saat alam sudah tidak bersahabat dengan manusia, maka alam akan menjawab dengan caranya. Ditinjau dari kerugian eksploitasi yang berlebihan maka cukup menimbulkan bahaya jika ulah jahil orang-orang tertentu tidak ditindaklanjuti. 

Lebih lanjut, eksploitasi hasil alam yang melampaui batas dengan tidak melirik bidang-bidang yang dapat merugikan maka tentu dampak yang ditimbulkan tidak hanya pada oknum-oknum yang tidak beradab dengan alam tersebut, namun justru semua lapisan masyarakat secara global ikut terkena dampaknya. Watak manusia yang tidak bersahabat dengan alam sulit untuk dirubah, contoh kecil adalah tentang sikap dan prilaku manusia yang tidak baik seperti membuang sampah tidak pada tempatnya, demikian termasuk faktor dari terjadinya banjir karena penyumbatan aliran air.

Menanamkan kesedaran dan pengetahuan serta tindakan melestarikan lingkungan secara bersama-sama dan berkesinambungan merupakan tindakan preventif (pencegahan) untuk menyelamatkan anak cucu kita dari ambang kepunahan. Telah banyak kita alami dampak dari suatu bencana, jika seluruh elemen tidak terketuk hati untuk saling menjaga dan melestarikan alam maka rentetan demi rentetan bencana terus terjadi dan akan berdampak terhadap kerusakan fasilitas publik, kehilangan harta benda, kehilangan mata pencaharian bahkan kehilangan nyawa. Itu artinya, eksploitasi alam yang berlebihan akan berdampak bencana, selanjutnya jika bencana terjadi maka akan mengakibatkan kemisikinan yang berkepanjangan dan tidak berujung dari generasi ke generasi.  

Terlepas dari paradigma masyarakat bahwa demikian terjadi merupakan suatu peringatan atau ujian dari Tuhan Yang Maha Kuasa, akan tetapi jika kita tela’ah lebih dalam secara keilmuan bahwa tersebut terjadi karena kelalaian oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang tidak diiringi dengan penghijauan kembali. Sebagai contoh dengan curah hujan yang berkepanjangan, akibat hilangnya pepohonan maka air tidak mampu meresap ke dalam tanah melalui akar-akar pohon tersebut dan akibatnya adalah air secara cepat mengalir ke tempat yang lebih rendah dan terjadilah banjir. 

Demikian juga dengan tanah longsor, karena tidak ditemukan pepohonan sebagai penyanggah, penopang dan pengikat material tanah, maka tanah sudah tidak memiliki kekuatan saat meresap volume air dan akhirnya dengan beban yang berlebihan maka terjadilah longsor. Beranjak dari level kesadaran manusia yang tergolong rendah, memperlakukan alam dengan semena-mena sehingga sekan alam yang selalu menjadi korban dari tangan-tangan jahil manusia, padahal yang sesungguhnya bukanlah alam yang menjadi korban melainkan manusia itu sendiri akibat dari watak yang tidak berfikir panjang dengan kehidupan generasi berikutnya. 

Sebagai contoh pencarian batu mulia dengan alat berat, memang untung yang didapatkan kepada individu dan kelompok sangat menggiurkan. Namun jika dibandingkan mudharat dari kegiatan tersebut maka masyarakat secara luas akan bertambah miskin dari dampak yang ditimbulkan. Bagaimana tidak, ketika banjir dan longsor menyapu kawasan penduduk mulai dari rusaknya infrastruktur sampai hilangnya mata pencaharian maka sangat sulit untuk bangkit dan memulai kembali dari nol.


Menjaga kelestarian lingkungan alam Indonesia merupakan kewajiban sekaligus tanggung jawab kita bersama sebagai warga negara Indonesia. Hal ini kita lakukan demi menjaga keseimbangan antara kita dan lingkungan sekitar kita. Bancana alam yang menimpa kita sampai saat ini merupakan salah satunya diakibatkan oleh ketidakseimbangan alam yang terjadi di Indonesia


Menjaga alam
Upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk menjaga alam supaya tetap alami adalah dengan melindungi dan membudidayakan flora dan fauna, menjamin kelestarian alam oleh yang memanfaatkannya, pembukaan dan pembangunan lahan hunian diimbangi dengan bidang-bidang keselamatan lingkungan, menanamkan di dalam diri setiap insan pentingnya kesadaran rasa saling memiliki.

Ancaman banjir dan tanah longsor tidak akan menjadi suatu bencana jika seluruh pihak mengimbangi antara eksploitasi alam dengan kelestariannya. Sebagai Negara yang kaya dengan potensi alam, untuk itu sangat menguntungkan pada kemakmuran rakyat dan kemajuan Negara. Akan tetapi harus mengimbangi dan menimbang sebab akibat dan bentuk mitigasinya. Negara harus tegas dalam mengaplikasikan aturan-aturan yang dituangkan, serta kesadaran masyarakat berprilaku bersahabat dengan alam harus diciptakan dan menjiwa.

Negara perlu menerbitkan dan menerapkan aturan tegas bagi yang memanfaatkan sumber daya alam, baik dari masyarakat itu sendiri, perusahaan swasta dan pemerintahan. Dalam rangka mengimbangi antara pemanfaatan sumber daya alam yang berlimpah tentu harus diiringi dengan melestarikan, merawat dan menjaga alam supaya tetap bertahan dan dinikmati oleh generasi berikutnya. 

Indonesia memerlukan aturan pemerintahan yang nyata terkait pengelolaan sumber daya alam, mengenai perizinan perusahaan-perusahaan swasta sampai pada sanksi yang diberikan terhadap yang melanggar. Selanjutnya perusahaan-perusahaan yang mendapatkan izin perlu diawasi dan diamati tindak tanduknya. Semoga bermanfaat!. (Artikel Oleh Rasli Hasan Sari / Tribun.news)

Rabu, 07 Januari 2015

Bahari : 10 Taman Laut Terindah di Indonesia

Jika pertanyaan itu terlontar, pastilah taman laut di Indonesia akan disebut! Ya, Indonesia memang memiliki keindahan alam yang luar biasa, termasuk keindahan alam bawah lautnya. Namun, jika kita bertanya, “Apakah taman laut terindah di Indonesia?” maka akan sangat sulit menjawabnya. Keindahan taman laut di Indonesia tersebar mulai dari Sabang hingga ke Indonesia paling timur. Berikut 10 taman laut terindah di Indonesia:

1. Taman Laut Bunaken :

Taman Laut Bunaken
Merupakan taman laut yang terletak di ujung utara Pulau Sulawesi, Taman Laut Bunaken menjadi rumah bagi sekitar 390 spesies koral, berbagai jenis ikan seperti ikan hiu, mandarin fish, ikan pari, kuda laut, kura-kura, mamalia laut seperti ikan duyung (dugong), dan moluska. Salah satu yang terkenal adalah ikan purba raja laut (choelacanth).

Dengan luas 75.265 ha yang terdiri dari 97 % laut dan 3 % daratan, Taman Laut Bunaken memiliki 20 titik penyelaman (dive spot) dengan kedalaman bervariasi hingga 1.344 meter.

Salah satu pemandangan terindah di Taman Laut Bunaken adalah underwater great walls yang menjadi sumber makanan bagi ikan-ikan di perairan Bunaken.






2. Taman Laut Banda :

Taman Laut Banda


Taman Laut Banda terletak di Kabupaten Maluku Tengah, di gugusan Pulau Neira, pulang Gunung Api, Pulau Sjahrir, dan Pulau Hatta. Taman Laut Banda yang merupakan salah satu taman laut terindah di dunia memiliki 310 jenis karang pembentuk terumbu, sekitar 871 spesies ikan, serta populasi hiu dan kerapu, termasuk beberapa jenis ikan dan kerang purba yang disuakakan seperti ikan napoleon. Karena keindahannnya, pada tahun 2006 Taman Laut Banda dipilih menjadi Kawasan Warisan Dunia untuk surga bawah laut Indonesia.

3. Taman Laut Wakatobi :

Taman Laut Wakatobi


Taman laut Wakatobi merupakan kawasan taman laut nasional yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Keindahan Taman Laut Wakatobi sudah terkenal hingga ke mancanegara, terutama setelah Ekspedisi Wallacea dari Inggris pada tahun 1995 yang menyebutkan bahwa kawasan Wakatobi ini sangat kaya dengan spesies koral. Di Taman Laut Wakatobi terdapat 750 dari 850 spesies koral yang ada di dunia. Taman Laut Wakatobi memiliki luas area 1,39 juta hektar dengan kedalaman yang bervariasi. Bagian terdalamnya mencapai 1.044 meter. Perairan Wakatobi juga menjadi rumah bagi ikan pari manta yang hanya terdapat di perairan tropis. Di bulan November, perairan Wakatobi pun sering dikunjungi oleh kawanan paus sperma.

4. Taman Laut Raja Ampat :

Taman Laut Raja Ampat


Kepulauan Raja Ampat terletak di barat laut kepala burung Papua dengan empat pulau utama: Misool, Salawati, Bantata dan Waigeo. Dengan luas area 4 juta hektar tanah dan laut, Taman Laut Raja Ampat dinobatkan menjadi taman laut terbesar di Indonesia. Perairan ini menjadi rumah bagi 537 spesies koral (75% dari total spesies koral di dunia), lebih dari 1000 spesies ikan karang, dan 700 jenis moluska. Beberapa jenis ikan yang dapat Anda jumpai saat menyelami perairan Raja Ampat antara lain adalah ikan pari manta, wobbegong, snapper, tuna, dan barracuda.

5. Taman Laut Kepulauan Derawan :

Taman Laut Kepulauan Derawan


Pulau Derawan terletak di Kepulauan Derawan, Kecamatan Derawan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Taman Laut Kepulauan Derawan yang memiliki 28 dive spot ini menempati urutan ketiga teratas di dunia sebagai tempat tujuan menyelam bertaraf internasional. Perairannya sungguh kaya akan keanekaragaman hayati. Anda dapat menjumpai 460 jenis terumbu karang dan sekitar 832 spesies ikan karang. Tipe terumbu karang di Kepulauan Derawan ini terdiri dari karang tepi (fringing reef), karang penghalang (barrier reef), dan atol. Di sini kita juga dapat menjumpai berbagai spesies khas dan dilindungi seperti ketam kelapa (birgus latro), paus, lumba-lumba, penyu hijau, penyu sisik, dan ikan dugong. Spesies unik lainnya yang dapat dijumpai adalah pari manta dan pigmy seahorse.

6. Taman Laut Selat Pantar :

Selat Pantar


Terletak di Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur, keindahan Taman Laut Selat Pantar mampu menarik perhatian para diver dari mancanegara. Taman Laut Selat Pantar meliputi perairan Alor Besar, Alor Kecil, Dulolong, Pulau Buaya, Pulau Kepa, Pulau Ternate, dan Pulau Pura. Taman laut ini memiliki karakteristik gua-gua serta kontur dasar perairan antara 60 hingga 90 derajat dan keunikan arus air di selatnya yang selalu berubah arah. Taman Laut Selat Pantar memiliki 26 titik penyelaman (dive spot). Dive spot yang paling menarik pengunjung adalah Shark Close yang merupakan tempat berkumpulnya ikan hiu.

7. Taman Laut Takabonerate :

Taman Nasional Takabonerate


Taman laut yang terletak di Sulawesi Selatan, 300 km dari kota Makassar ini merupakan kawasan atol terbesar ketiga di dunia setelah Kwajifein (Kepulauan Marshall) dan Suvadiva (Kepulauan Maladewa). Atol terbentuk dari sisa letusan gunung berapi yang terendam 2.000 meter di bawah permukaan laut. Lama-kelamaan atol tersebut akan membentuk terumbu karang berbentuk bulat serupa cincin yang di atasnya ditumbuhi beraneka tanaman laut. Luas total dari atol di Taman Laut Takabonerate ini adalah 220.000 hektar dengan sebaran terumbu karang seluas 500 km persegi dengan 261 jenis terumbu karang. Di Taman Laut Takabonerate, bagi Anda yang melakukan diving atau snorkeling dapat menjumpai ikan nudi, cuttlefish, barracuda, pari, bump head fish di kedalaman satu meter.

8. Taman Laut Kepulauan Togean :

Coral Triangle Kepulauan Togean


Kepulauan Togean tercatat dalam wilayah Coral Triangle region Indonesia – Filipina. Coral triangle adalah wilayah segitiga perairan laut tropis yang memiliki lebih dari 500 spesies gugusan terumbu karang. Kawasan coral triangle merupakan kawasan konservasi di bawah naungan WWF (World Wide Fund for Nature). Taman Laut Kepulauan Togean memiliki empat tipe terumbu karang yaitu Karang Cincin (Atol), Karang Tompoh (Patch Reef), Karang Tepi (Fringing Reef), dan Karang Penghalang (Barrier Reef) yang terdiri atas sekitar 262 spesies terumbu karang. Taman Laut Kepulauan Togean juga menjadi rumah bagi sekitar 596 jenis ikan, 555 jenis moluska, seperti ikan Kupu-kupu, Paus Pilot, ikan pari manta, hiu Karang Abu-abu, ikan trevally mata besar, kima raksasa, lola (Trachus niloticus), dan dugong. Bila sedang beruntung, Anda dapat menjumpai penyu sisik dan penyu hijau yang sudah tergolong langka.

9. Taman Laut Rubiah :

Taman Laut Rubiah



Pulau Rubiah terletak di Kota Sabang, Aceh atau tepatnya di barat laut Pulau Weh. Pulau Rubiah yang memiliki luas 2600 hektar ini merupakan benteng pertahanan pasukan Belanda dan Jepang pada masa Perang Dunia II. Arus di perairan Rubiah ini relatif tenang dan sangat jernih (25 meter visibility). Taman Laut Rubiah menjadi habitat bagi berbagai jenis ikan tropis, terumbu karang, kerang raksasa dan biota laut lainnya. Di bulan pertama dan kedua setiap tahunnya, Anda juga bisa menjumpai ikan hiu. Bagi Anda yang tidak bisa menyelam, Anda masih dapat menikmati keindahan Taman Laut Rubiah dengan kapal berkaca yang mengelilingi Rubiah.

10. Taman Laut Karimun Jawa :


Karimun Jawa



bangkai kapal di Pulau Karimunjawa


Kepulauan Karimun Jawa dapat diakses dari Pelabuhan Kartini, Jepara, atau Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang. Taman Nasional Karimun Jawa merupakan gugusan kepulauan yang terdiri dari 22 pulau dengan luas area 111.625 Ha. Taman Laut Karimun Jawa memiliki beberapa tipe terumbu karang, yaitu: fringing reef, barrier reef dan beberapa taka (patch reef). Salah satu daya tarik Taman Laut Karimun Jawa adalah karang merah (tubipora musica) dan karang hitam (antiphates ssp) yang sudah tergolong langka. Juga terdapat bangkai kapal yang menjadi habitat ikan karang. Di Taman Laut Karimun Jawa Anda dapat menjumpai 242 jenis ikan hias, penyu hijau, penyu sisik, junai emas, dan keong gelung.

Okay Klikers! Itulah sepuluh taman laut terindah di Indonesia. Ah, rasanya saya semakin bangga tinggal di Indonesia ini. Tak perlu jauh-jauh berlibur ke luar negeri. Negeri sendiri pun masih memiliki banyak keindahan yang tak boleh dilewatkan. Bagi yang belum bisa menyelam (seperti saya ini :p) mungkin bisa memulainya dengan belajar snorkeling dulu. Let’s go!. (Sumber : klikhotel.com)

Fauna : Asal Fauna Indonesia


Harimau Sumatra, subspesies harimau terkecil yang hanya ada di Indonesia
Indonesia merupakan salah satu dari tiga negara terbesar yang memiliki keanekaragaman floran dan fauna. Satwa Indonesia memiliki keanekaragaman yang tinggi karena wilayahnya yang luas dan berbentuk kepulauan tropis. Keanekaragaman yang tinggi ini disebabkan oleh Garis Wallace, membagi Indonesia menjadi dua area; zona zoogeografi Asia, yang dipengaruhi oleh fauna Asia, dan zona zoogeografi Australasia, dipengaruhi oleh fauna Australia.

Pencampuran fauna di Indonesia juga dipengaruhi oleh ekosistem yang beragam di antaranya: pantai, bukit pasir, muara, hutan bakau, dan terumbu karang.
Masalah ekologi yang muncul di Indonesia adalah proses industrialisasi dan pertumbuhan populasi yang tinggi, yang menyebabkan prioritas pemeliharaan lingkungan menjadi terpinggirkan. Keadaan ini menjadi semakin buruk akibat aktivitas pembalakan liar, yang menyebabkan berkurangnya area hutan; sedangkan masalah lain, termasuk tingginya urbanisasi, polusi udara, manajemen sampah dan sistem pengolahan limbah juga berperan dalam perusakan hutan.

Asal Fauna Indonesia :

Asal mula fauna Indonesia sangat dipengaruhi oleh aspek geografi dan peristiwa geologi di benua Asia dan Australia. Pada zaman purba, pulau Irian (New Guinea) tergabung dengan benua australia.

Hughasiusilum :

Garis Wallace, membagi fauna Indonesia ke dua kategori
Nama dari benua Australia 12.000.000 tahun yang lalu untuk sebagai landasan benua Australia yang akan dibentuk dari batuan yang umurnya muda yaitu kurang dari 2 juta tahun.

Benua Australia membentuk superbenua yang dinamakan superbenua selatan Gondwana. Superbenua ini mulai terpecah 140 juta tahun yang lalu, dan daerah New Guinea (yang dikenal sebagai Sahul) bergerak menuju khatulistiwa. Akibatnya, hewan di New Guinea berpindah ke benua Australia dan demikian pula sebaliknya, menimbulkan berbagai macam spesies yang hidup di berbagai area hidup dalam ekosistem. Aktivitas ini terus berlanjut sampai dua daerah ini benar-benar terpisah.

Di lain pihak, pengaruh benua Asia merupakan akibat dari reformasi superbenua Laurasia, yang timbul setelah pecahnya Rodinia sekitar 1 miliar tahun yang lalu. Sekitar 200 juta tahun yang lalu, superbenua Laurasia benar-benar terpisah, membentuk Laurentia (sekarang Amerika) dan Eurasia. Pada saat itu, sebagian wilayah Indonesia masih belum terpisah dari superbenua Eurasia. Akibatnya, hewan-hewan dari Eurasia dapat saling berpindah dalam wilayah kepulauan Indonesia, dan dalam ekosistem yang berbeda, terbentuklah spesies-spesies baru.

Pada abad ke-19, Alfred Russel Wallace mengusulkan ide tentang Garis Wallace, yang merupakan suatu garis imajiner yang membagi kepulauan Indonesia ke dalam dua daerah, daerah zoogeografis Asia dan daerah zoogeografis Australasia (Wallacea). Garis tersebut ditarik melalui kepulauan Melayu, di antara Kalimantan (Borneo) dan Sulawesi (Celebes); dan di antara Bali dan Lombok. Walaupun jarak antara Bali dan Lombok relatif pendek, sekitar 35 kilometer, distribusi fauna di sini sangat dipengaruhi oleh garis ini. Sebagai contoh, sekelompok burung tidak akan mau menyeberang laut terbuka walaupun jaraknya pendek

Paparan Sunda

Hewan-hewan di daerah paparan Sunda, yang meliputi Sumatra, Jawa, Kalimantan dan pulau-pulau kecil yang mengelilinginya, memiliki karakteristik yang menyerupai fauna di Asia. Selama zaman es, setelah Laurasia terpecah, daratan benua Asia terhubung dengan kepulauan Indonesia. Selain itu, kedalaman laut yang relatif dangkal memungkinkan hewan-hewan untuk bermigrasi ke paparan Sunda. Spesies-spesies besar seperti harimau, badak, orangutan, gajah, dan leopard ada di daerah ini, walaupun sebagian hewan ini sekarang dikategorikan terancam punah. Selat Makassar, laut antara Kalimantan dan Sulawesi, serta selat Lombok, antara Bali dan Lombok, yang menjadi pemisah dari Garis Wallace, menandakan akhir dari daerah paparan Sunda.

Mamalia

Paparan Sunda memiliki spesies berjumlah total 515. Dari jumlah itu, 173 di antaranya merupakan spesies endemik daerah ini. Sebagian besar dari spesies-spesies ini terancam keberadaannya dan hampir punah. Dua spesies orangutan, Pongo pygmaeus (orangutan Kalimantan) dan Pongo abelii (orangutan Sumatra) termasuk dalam daftar merah IUCN. Mamalia terkenal lain, seperti bekantan (Nasalis larvatus), badak Sumatra (Dicerorhinus sumatrensis), dan Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) juga sangat terancam jumlah populasinya.

Burung

Menurut Konservasi International, sebanyak 771 spesies unggas terdapat di paparan Sunda. Sebanyak 146 spesies merupakan endemik daerah ini. Pulau Jawa dan Bali memiliki paling sedikit 20 spesies endemik, termasuk Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) dan Cerek Jawa (Charadrius javanicus).
Berdasarkan data dari Burung Indonesia, jumlah jenis burung di Indonesia sebanyak 1598 jenis . Dengan ini membawa Indonesia menempati urutan pertama sebagai negara yang memiliki jumlah jenis burung terbanyak se-Asia. Sejak tahun 2007, Burung Indonesia secara berkala memantau status keterancaman dari burung-burung terancam punah yang berada di Indonesia berdasarkan data dari BirdLife International. Tahun 2007-2009 terjadi penurunan status keterancaman burung secara berturut-turut mulai dari 119 jenis (2007), 118 jenis (2008), dan 117 jenis (2009).

Reptil dan Amfibia

Sebanyak 449 spesies dari 125 genus reptil diperkirakan hidup di paparan Sunda. Sebanyak 249 spesies dan 24 genus di antaranya adalah endemik. Tiga famili reptil juga merupakan endemik di wilayah ini: Anomochilidae, Xenophidiidae and Lanthanotidae. Famili Lanthanotidae diwakili oleh earless monitor (Lanthanotus borneensis), kadal coklat Kalimantan yang sangat langka dan jarang ditemui. Sekitar 242 spesies amfibia dalam 41 genus hidup di daerah ini. Sebanyak 172 spesies, termasuk Caecilian dan enam genus adalah endemik.

Ikan

Sebanyak hampir 200 spesies baru ditemukan di daerah ini dalam sepuluh tahun terakhir. Sekitar 1000 spesies ikan diketahui hidup di dalam sungai, danau, dan rawa-rawa di paparan Sunda. Kalimantan mempunyai sekitar 430 spesies, dan sekitar 164 di antaranya diduga endemik. Sumatra memiliki 270 spesies, sebanyak 42 di antaranya endemik. Ikan arwana emas (Scleropages formosus) yang cukup terkenal merupakan contoh ikan di daerah ini.

Wallacea

Wallacea merupakan daerah transisi biogeografis antara paparan Sunda ke arah barat, dan daerah Australasian ke arah timur. Daerah ini meliputi sekitar 338.494 km² area daratan, terbagi ke dalam banyak pulau kecil. Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan sebagian Nusa Tenggara merupakan bagian dari daerah ini. Karena faktor geografinya, daerah ini terdiri dari banyak jenis hewan endemik dan spesies fauna yang unik.

Mamalia

Wallacea mempunyai sejumlah 223 spesies asli mamalia. Sebanyak 126 di antaranya merupakan endemik daerah ini. Sebanyak 124 spesies kelelawar bisa ditemukan di daerah ini. Sulawesi, sebagai pulau terbesar di daerah ini memiliki jumlah mamalia yang paling banyak. Sejumlah 136 spesies, 82 spesies dan seperempat genus di antaranya adalah endemik. Spesies yang luar biasa, seperti anoa (Bubalus depressicornis) dan babi rusa (Babyrousa babyrussa) hidup di pulau ini. Sedikitnya tujuh spesies kera (Macaca spp.) dan lima spesies tarsius (Tarsius spp.) juga merupakan hewan khas daerah ini.

Burung

Lebih dari 700 jenis burung bisa ditemui di Wallacea, dan lebih dari setengahnya adalah endemik kawasan ini. Di antara 258 genus yang ada, ada 11%-nya adalah endemik kawasan Wallacea. Sejumlah 16 genus hanya dapat dijumpai di subkawasan Sulawesi. Subkawasan Sulawesi terdiri dari pulau utama Sulawesi, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya, termasuk Kepulauan Talaud dan Sangihe di utara, Pulau Madu di Laut Flores di sebelah selatan, termasuk juga Kep. Togian, Kep. Banggai, Kep. Tukangbesi, dan Kep. Sula yang menjembatani kekayaan keragaman burung antara subkawasan Sulawesi dan Maluku. 

Banyaknya jumlah jenis endemik di subkawasan ini tidak hanya berasal dari pulau utama Sulawesi tapi juga tersebar di banyak pulau-pulau kecil di sekitarnya, seperti Serindit sangihe(Loriculus catamene), Seriwang sangihe (Eutrichomyias rowleyi), Gagak banggai (Corvus unicolor), Punggok Togian (Ninox burhani), Gosong sula (Megapodius bernsteinii), Kepudang-sungu sula (Coracina sula), dan Raja-perling sula (Basilornis galeatus). Sedangkan jenis-jenis endemik pulau Sulawesi meliputi Anis sulawesi (Cataponera turdoides), Sikatan matinan (Cyornis sanfordi), Julang sulawesi (Aceros cassidix) dan Kangkareng sulawesi (Penelopides exarhatus). Banyak jenis yang hanya terdapat di subkawasan ini adalah jenis-jenis terancam punah secara global.

Dengan 222 spesies, 99 di antaranya endemik, Wallacea memiliki jenis reptil yang sangat beragam. Di antaranya adalah 118 spesies kadal yang 60 di antaranya adalah endemik; 98 spesies ular, 37 spesies di antaranya adalah endemik; lima spesies kura-kura, dua spesiesnya merupakan endemik; dan satu spesies buaya, buaya Indo-Pasifik (Crocodylus porosus). Tiga genus endemik ular yang hanya dapat ditemukan di wilayah ini: Calamorhabdium, Rabdion, dan Cyclotyphlops. Salah satu reptil yang mungkin paling terkenal di Wallacea adalah komodo (Varanus komodoensis), yang diketahui keberadaannya hanya di Pulau Komodo, Padar, Rinca, dan tepi barat Flores.

Sebanyak 58 spesies amfibia khas dapat ditemukan di Wallacea. Sebanyak 32 spesies di antaranya adalah endemik. Ini menggambarkan kombinasi elemen katak daerah Indo-Melayu dan Australasia yang mempesona.

Ikan

Ada sekitar 310 spesies ikan tercatat dari sungai-sungai dan danau-danau Wallacea. Sebanyak 75 spesies di antaranya adalah endemik. Walaupun masih sedikit yang dapat diketahui mengenai ikan ikan dari Kepulauan Maluku dan Kepulauan Sunda Kecil, 6 spesies diketahui sebagai endemik. Di pulau Sulawesi, ada 69 spesies yang diketahui, 53 di antaranya adalah endemik. Danau Malili di Sulawesi Selatan, dengan kedalamannya yang kompleks dan arusnya yang deras memiliki paling sedikit 15 jenis ikan telmatherinid endemik, dua di antaranya mewakili genus endemik, tiga endemik Oryzia, dua endemik halfbeaks, dan tujuh endemik gobie.

Invertebrata

Terdapat sekitar 82 spesies kupu-kupu yang ada di daerah Wallacea, 44 spesies di antaranya adalah endemik. Sejumlah 109 spesies kumbang juga terdapat di sekitar daerah wilayah ini, 79 di antaranya adalah endemik. Satu spesies yang mengagumkan dan mungkin merupakan lebah terbesar di dunia, (Chalicodoma pluto) terdapat di utara Maluku. Serangga yang hewan betinanya bisa tumbuh sampai 4 cm ini, membangun sarang secara komunal pada sarang rayap di pepohonan hutan dataran rendah.
Sekitar 50 moluska endemik, tiga spesies kepiting endemik, dan sejumlah spesies udang endemik juga diketahui berasal dari Wallacea. (Sumber : wikipedia.org)



Senin, 05 Januari 2015

Dalam Satu Tahun 2 Juta Hektar Hutan Dibabat Habis


Hutan di provinsi Jambi, pulau Sumatera. ANTARA/Fanny Octavianus


Kerusakan hutan di Indonesia sudah gawat. Matthew C. Hansen, peneliti kawasan hutan dari University of Maryland, merilis data laju kerusakan hutan di Indonesia mencapai 2 juta hektar per tahun. Menurut Matthew, aksi penggundulan hutan yang paling massif terjadi sepanjang 2011 hingga 2012. Selama satu tahun dua juta hektare hutan Indonesia dibabat, Rabu, 14 Mei 2014.

Kajian yang juga dipublikasikan dalam jurnal Science ini menyebutkan bahwa sepanjang 2001-2013 Indonesia telah kehilangan 15,8 juta hektare hutan. Matthew mengungkapkan bahwa situasi yang terjadi Indonesia berbanding terbalik dengan yang terjadi di Brasil. "Brasil mampu menekan laju penggundulan hutan dari 4 juta hektare di tahun 2003 sehingga menjadi di bawah 2 juta hektare pada dua tahun terakhir ini," kata Matthew. Sementara itu, laju penggundulan hutan Indonesia malah cenderung meningkat dari 1 juta hektare pada 2003 menjadi 2 juta hektare di tahun 2012.

Penelitian Matthew berbeda dengan kajian yang dilakukan Kementerian Kehutanan. Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Bambang Soepijanto menyatakan laju deforestasi hutan Indonesia hanya 450 ribu hektare per tahunnya. "Provinsi Riau dan Kalimantan Tengah yang sangat tinggi laju penggundulan hutannya. Masing-masing di atas 100 ribu hektare per tahun," ujarnya.

Zenzi Suhadi, Anggota Departemen Advokasi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), sepakat dengan temuan Matthew dan Kementerian Kehutanan soal deforestasi hutan yang sangat tinggi. "Di Riau dan Kalimantan Tengah angkanya sangat tinggi karena izin penerbitan usaha kelapa sawit dan tanaman industri yang tak terkontrol," ujarnya. Selain itu, menurut dia, pelepasan kawasan hutan untuk peruntukan lain juga turut berperan karena menyebabkan masing-masing 1,2 juta dan 3 juta hektare hutan di Kalimantan Tengah dan Riau mengalami penyusutan.

Zenzi juga mengungkapkan laju deforestasi yang tak terkendali ini karena alih fungsi hutan diboncengi pengusaha nakal. "Ada 22 perusahaan di Riau dan 200 perusahaan di Kalimantan Tengah yang beroperasi di dalam kawasan hutan. Ini kan pelanggaran berat," katanya. Walhi juga mendesak Kementerian Kehutanan mengambil sikap tegas terhadap perusahaan perambah hutan ini. (Sumber : Tempo.co)

Bumi Indonesia Raya


Bumi Indonesia Raya


Republik Indonesia, disingkat RI atau Indonesia, adalah negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 13.466 pulau, nama alternatif yang biasa dipakai adalah Nusantara 

 Dengan populasi lebih dari 237 juta jiwa pada tahun 2010, Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia, dengan lebih dari 207 juta jiwa, meskipun secara resmi bukanlah negara Islam  Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik, dengan Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Presiden yang dipilih langsung.

Ibu kota negara ialah Jakarta. Indonesia berbatasan darat dengan Malaysia di Pulau Kalimantan, dengan Papua Nugini di Pulau Papua dan dengan Timor Leste di Pulau Timor (mantan bagian provinsi dari Indonesia). Negara tetangga lainnya adalah Singapura, Filipina, Australia, dan wilayah persatuan Kepulauan Andaman dan Nikobar di India.

Sejarah Indonesia banyak dipengaruhi oleh bangsa lainnya. Kepulauan Indonesia menjadi wilayah perdagangan penting setidaknya sejak abad ke-7, yaitu ketika Kerajaan Sriwijaya di Palembang menjalin hubungan agama dan perdagangan dengan Tiongkok dan India. Kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha telah tumbuh pada awal abad Masehi, diikuti para pedagang yang membawa agama Islam, serta berbagai kekuatan Eropa yang saling bertempur untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah Maluku semasa era penjelajahan samudra. Setelah berada di bawah penjajahan Belanda, Indonesia yang saat itu bernama Hindia Belanda menyatakan kemerdekaannya di akhir Perang Dunia II. Selanjutnya Indonesia mendapat berbagai hambatan, ancaman dan tantangan dari bencana alam, korupsi, separatisme, proses demokratisasi dan periode perubahan ekonomi yang pesat.

Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa, dan agama. Berdasarkan rumpun bangsa (ras), Indonesia terdiri atas bangsa asli pribumi yakni Melayu dan Papua di mana bangsa Melayu yang terbesar jumlahnya dan lebih banyak mendiami Indonesia bagian barat. Berdasarkan bangsa yang lebih spesifik, suku bangsa Jawa adalah suku bangsa yang termasuk dalam rumpun bangsa Melayu Deutero dan terbesar dengan populasi mencapai 41,7% dari seluruh penduduk Indonesia.

Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka tunggal ika" ("Berbeda-beda tetapi tetap satu"), berarti keberagaman yang membentuk negara. Selain memiliki populasi padat dan wilayah yang luas, Indonesia memiliki wilayah alam yang mendukung tingkat keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia.

Indonesia juga anggota dari PBB dan satu-satunya anggota yang pernah keluar dari PBB, yaitu pada tanggal 7 Januari 1965, dan bergabung kembali pada tanggal 28 September 1966 dan Indonesia tetap dinyatakan sebagai anggota yang ke-60, keanggotaan yang sama sejak bergabungnya Indonesia pada tanggal 28 September 1950. Selain PBB, Indonesia juga merupakan anggota dari ASEAN, APEC, OKI, G-20 dan akan menjadi anggota dari OECD.

Indonesia merdeka :

Soekarno, presiden pertama Indonesia
Pada Maret 1945 Jepang membentuk sebuah komite untuk kemerdekaan Indonesia. Setelah perang Pasifik berakhir pada tahun 1945, di bawah tekanan organisasi pemuda, Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 yang pada saat itu sedang bulan Ramadhan. Setelah kemerdekaan, tiga pendiri bangsa yakni Soekarno, Mohammad Hatta, dan Sutan Sjahrir masing-masing menjabat sebagai presiden, wakil presiden, dan perdana menteri. Dalam usaha untuk menguasai kembali Indonesia, Belanda mengirimkan pasukan mereka.

Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Usaha-usaha berdarah untuk meredam pergerakan kemerdekaan ini kemudian dikenal oleh orang Belanda sebagai 'aksi kepolisian' (Politionele Actie), atau dikenal oleh orang Indonesia sebagai Agresi Militer. Belanda akhirnya menerima hak Indonesia untuk merdeka pada 27 Desember 1949 sebagai negara federal yang disebut Republik Indonesia Serikat setelah mendapat tekanan yang kuat dari kalangan internasional, terutama Amerika Serikat. Mosi Integral Natsir pada tanggal 17 Agustus 1950, menyerukan kembalinya negara kesatuan Republik Indonesia dan membubarkan Republik Indonesia Serikat. Soekarno kembali menjadi presiden dengan Mohammad Hatta sebagai wakil presiden dan Mohammad Natsir sebagai perdana menteri.
 
Pada tahun 1950-an dan 1960-an, pemerintahan Soekarno mulai mengikuti sekaligus merintis gerakan non-blok pada awalnya, kemudian menjadi lebih dekat dengan blok sosialis, misalnya Republik Rakyat Tiongkok dan Yugoslavia. Tahun 1960-an menjadi saksi terjadinya konfrontasi militer terhadap negara tetangga, Malaysia ("Konfrontasi"), dan ketidakpuasan terhadap kesulitan ekonomi yang semakin besar.

Selanjutnya pada tahun 1965 meletus kejadian G30S yang menyebabkan kematian 6 orang jenderal dan sejumlah perwira menengah lainnya. Muncul kekuatan baru yang menyebut dirinya Orde Baru yang segera menuduh Partai Komunis Indonesia sebagai otak di belakang kejadian ini dan bermaksud menggulingkan pemerintahan yang sah serta mengganti ideologi nasional menjadi berdasarkan paham sosialis-komunis. Tuduhan ini sekaligus dijadikan alasan untuk menggantikan pemerintahan lama di bawah Presiden Soekarno

Hatta, Sukarno, dan Sjahrir, tiga pendiri Indonesia.
Jenderal Soeharto menjadi presiden pada tahun 1967 dengan alasan untuk mengamankan negara dari ancaman komunisme. Sementara itu kondisi fisik Soekarno sendiri semakin melemah. Setelah Soeharto berkuasa, ratusan ribu warga Indonesia yang dicurigai terlibat pihak komunis dibunuh, sementara masih banyak lagi warga Indonesia yang sedang berada di luar negeri, tidak berani kembali ke tanah air, dan akhirnya dicabut kewarganegaraannya

Tiga puluh dua tahun masa kekuasaan Soeharto dinamakan Orde Baru, sementara masa pemerintahan Soekarno disebut Orde Lama.
Soeharto menerapkan ekonomi neoliberal dan berhasil mendatangkan investasi luar negeri yang besar untuk masuk ke Indonesia dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar, meski tidak merata. Pada awal rezim Orde Baru kebijakan ekomomi Indonesia disusun oleh sekelompok ekonom lulusan Departemen Ekonomi Universitas California, Berkeley, yang dipanggil "Mafia Berkeley".

Namun, Soeharto menambah kekayaannya dan keluarganya melalui praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang meluas dan dia akhirnya dipaksa turun dari jabatannya setelah aksi demonstrasi besar-besaran dan kondisi ekonomi negara yang memburuk pada tahun 1998.

Dari 1998 hingga 2001, Indonesia mempunyai tiga presiden: Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie, Abdurrahman Wahid dan Megawati Sukarnoputri. Pada tahun 2004 pemilu satu hari terbesar di dunia diadakan dan dimenangkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono.
Indonesia kini sedang mengalami masalah-masalah ekonomi, politik dan pertikaian bernuansa agama di dalam negeri, dan beberapa daerah berusaha untuk mendapatkan kemerdekaan, terutama Papua. Timor Timur akhirnya resmi memisahkan diri pada tahun 1999 setelah 24 tahun bersatu dengan Indonesia dan 3 tahun di bawah administrasi PBB menjadi negara Timor Leste.

Pada Desember 2004 dan Maret 2005, Aceh dan Nias dilanda dua gempa bumi besar yang totalnya menewaskan ratusan ribu jiwa. (Lihat Gempa bumi Samudra Hindia 2004 dan Gempa bumi Sumatra Maret 2005.) Kejadian ini disusul oleh gempa bumi di Yogyakarta dan tsunami yang menghantam Pantai Pangandaran dan sekitarnya, serta banjir lumpur di Sidoarjo pada 2006 yang tidak kunjung terpecahkan. (Sumber : Wikipedia.org)